Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Eps 32 | Kisah Layla Dan Majnun

 Halo selamat datang kembali di brebes.net kali ini kita akan melanjutkan kembali sambungan kisah Laila dan Majnun setelah Ibnu salam meninggal Mungkinkah Laila bisa bersatu dengan Majenang Apa yang akan terjadi pada mereka berdua selanjutnya artikel artikel ini sampai akhir untuk mengetahui kisah selengkapnya di taman dedaunan jatuh bagaikan air mata bunga-bunga telah membuang gaun-gaun warna-warni yang mereka kenakan selama musim panas dan kini mulai mengenakan jubah suramnya untuk musim gugur warna putih bunga melati telah kehilangan kilaunya bunga mawar menangis dan menjatuhkan kelopaknya dengan berlalunya musim panas bunga bakung mengucapkan selamat tinggal kepada 

teman-temannya dan mempersiapkan diri untuk pergi bagaikan pelaut yang takut dengan badai yang akan datang menghantam kapalnya buah-buahan mulai menjatuhkan diri dari pepohonan dan tukang kebun akan mengumpulkan portable anggur dan Berry untuk persediaan di musim dingin sungai dan danau tak lagi hangat sementara seluruh wilayah berubah warna dari hijau Zamrud menjadi kuning dan pucat secara perlahan taman itu menjadi layu begitu pula dengan Layla musim seminya telah berakhir kini diubah menjadi musim dingin oleh sang takdir oleh sentuhan dingin godaan terberat kehidupan dulu Api Kehidupan menyala terang di dalam dirinya tapi kini Yang ada hanyalah kerdipan kecil menjadi sebuah alat permainan angin yang dapat padam sewaktu-waktu dulu Laila bersinar Bagaikan bulan purnama kini Yang ada hanyalah bulan sabit yang 


pucat sikapnya yang dulu diibaratkan pohon cemara kini yang dapat dilihat hanyalah bayangan lemah Layla adalah bunga yang telah kehilangan kesegaran serta kelopaknya Layla yang sekarang bukanlah Layla yang dulu tubuhnya diserang oleh demam ruam-ruam serta bintik-bintik muncul pada wajah serta lengannya Kelelahan yang dirasakannya begitu besar sehingga ia hanya dapat berbaring di atas tempat tidur ia menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini tak akan lama lagi ia tahu bahwa kematian telah mendekat karena ia dapat merasakan keberadaan sang pencabut nyawa di ruangan itu ia dapat merasakan Hawa dingin itu di lehernya menyadari bahwa waktunya hanya tinggal sekejap saja ia tak mengizinkan siapapun menjenguknya kecuali ibunya Sebelum terlambat Ia memutuskan untuk mengungkapkan Rahasianya untuk pertama kali sekaligus terakhir kalinya ia meraih tangan Ibunya dan berkata ibuku tersayang cahayaku sudah mulai pudar dan tak lama lagi lilin Hidupku akan padam sebelum kegelapan itu menjelang dan jiwaku diambil aku harus menceritakan apa yang ada dalam hatiku Aku tak punya pilihan lain selain mencurahkan segalanya kesedihan telah membuka segel yang melekat pada bibirku dan aku sudah tak 


tahan lagi satu-satunya pria yang kucintai kepada siapa kutunjukkan hidupku dan untuk siapa aku mati berada sangat jauh dan tak dapat mendengarku Tapi ibu bisa mendengarku dan karena ibu dapat mendengarku kumohon agar ibu mendengarkanku dengan baik dan lakukan apa yang kau minta jika aku telah mati kenakanlah gaun pengantin pada jenazahku Aku tak mau terbungkus kain kafan dan danilah aku selayaknya seorang pengantin dan buatlah agar aku tampak cantik untuk memberi warna pada mataku Ambillah debu dari bawah kaki kekasihku jangan gunakan warna nila tapi gunakan warna gelap dari kesedihannya jangan gunakan air bunga mawar tapi gunakan air matanya dan jangan Pakaikan wewangian pada tubuhku tapi kenakan kesedihannya padaku gaun pengantinku harus berwarna merah darah yaitu warna yang melambangkan ke syahidan Bukankah aku seorang pejuang cinta merah adalah warna pesta dan festival bukan kematianku adalah sebuah pesta sebuah festival setelah itu sebarkanlah tanah di seluruh tubuhku dan kuburkan aku lalu aku akan menunggu aku akan menunggu hingga Ia datang karena ia pasti akan datang si pengalaman yang tak kenal lelah pengembara cinta ia akan menemukan jalan menuju makamku dan di sanalah ia akan duduk dan memohon kemunculanku di hadapannya namun selubung Tanah ini takkan pernah terangkat dan ia akan menangis Tenangkan dirinya Ibu karena ialah teman sejatiku perlakukan ia dengan baik dan tunjukkan kasih sayang kepadanya seolah Ia adalah putra ibu sendiri lakukan ini demi cinta Allah dan karena aku sangat mencintainya aku telah 


mencintainya lebih dari kehidupan dan Aku berharap Ibu akan mencintainya juga Ia satu-satunya yang kumiliki ibu dan aku menyerahkannya kepada ibu untuk dijaga dan dilindungi Laila berusaha bernafas matanya berputar-putar butiran-butiran keringat yang bulat bagaikan mutiara membasahi dahinya tapi kalimatnya belum selesai suaranya semakin pelan saat ia melanjutkan saat ia datang ibu akan segera mengenalinya saat ia datang sampaikan pesanku ini katakan kepadanya ketika Laila meninggalkan dunia ini ia pergi dengan menyebutkan namamu kata-kata yang diucapkannya hanya berkaitan denganmu dalam kematian pun ia masih tetap setia kepadamu ia telah berbagi kesedihanmu di dunia ini Dan kini ia telah membawanya sebagai bekal perjalanannya cintanya untukmu tidak ikut mati bersamanya di manapun ia berada ia masih terus mengharapkanmu memang benar kau tak dapat menembus lapisan tanah yang menyelubunginya dan melihat matanya tapi jika memang kau dapat melihatnya Kau akan tahu bahwa Sepasang Mata itu masih terus mencarimu matanya berbicara mengenai bagian yang masing-masing tertulis dengan nama masing-masing diperuntukkan untuk mengenangmu itulah pesan yang harus Ibu sampaikan kepadanya kemudian bibir Laila bergetar dan dengan air mata mengalir di kedua pipinya ia Memanggil nama kekasihnya untuk terakhir kalinya begitu suaranya memudar cahaya di matanya mengecap dan akhirnya jiwanya terlepas Ibu Laila memeluk putrinya yang telah tiada mendekapnya dengan begitu keras seolah memaksakan agar kehidupan kembali merasuki tubuhnya ia 


menekankan bibirnya ke pipi pucat putrinya dan membelai rambutnya sepanjang waktu membisikkan namanya dan menangis penuh kesedihan dan belas kasih ia bersedia menyerahkan segalanya asalkan putrinya dapat hidup hanya untuk beberapa saat lagi saja namun bahkan jika dunia ini miliknya takkan ada yang dapat membawa Layla kembali Wanita itu telah pergi dan takkan kembali kematian adalah alam di mana para pengunjung nya tak akan dapat keluar lagi dan sang ibu duduk di sini menangisi kematian putrinya hujan rintik-rintik turun seolah menunjukkan bahwa langit pun Turut berduka kini Laila yaitu satu-satunya kehidupan Majnun pun pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya sedangkan Majnun masih berkelana di gurun bersama hewan-hewan liar apa yang akan dilakukan Majnun saat dia mengetahui bahwa Layla sudah tiada simak kisahnya Terima kasih sudah membaca artikel ini jangan lupa share ke yang lainya yah semoga jadi ladang amal kebaikan wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Posting Komentar untuk "Eps 32 | Kisah Layla Dan Majnun"